KH. Ainur Rofiq Berfatwa Boleh Sholat Jum'at di Lapangan dan Jalan Raya.
Berangkat dari diskusi di grop wapshap sunniyah salafiyah tentang status sholat jumat di lapangan dan jalan raya yg lagi marak jadi perbincangan di publik terkait fatwa pentolan PBNU Prof Dr. Said aqil sirad yg melarang menggelar sholat jumat di jalan, juga fatwa ini di dukung oleh penyair kondang asal rembang yg di kenal dengan panggilan gusmus.
Maka dalam diskusi di grop WA salah seorang ust asal madura sampang, yaitu Kh. Ainur rofiq memberi pernyataan yg berbeda. Beliau meyatakan awal mulanya sholat jumat itu dalam leteratur sejarah nya pernah di lakukan di jalan dan di lapangan oleh baginda rasul. Nabi muhammad saw. Di kala beliau ada di madinah bahkan muhammad al-fatih seorang pejuang islam yang merebut kostantinofel pernah juga melaksanakan sholat jumat di jalan.
Beliau KH. Ainur Rofiq menjelas ketidak bolehan tersebut apabila memblokade jalan umum yang mengganggu pengguna jalan umum. Namun apabila, pengguna jalan sudah sepakat bahwa jalan tersebut, mau digunakan untuk sholat jumat hal yang demikaan tidak jadi persoalan.
Bahkan beliau menambahkan fatwa ulama yang tadahul ( masuk pada kepemerintahan) kurang konsisten karna sudah disusupi peran politik dan ada juga karna faktor bayaran uang beliau mengutip dari fatwa imam al-ghazali.
Sedangkan Referensi dari kitab fiqh yang muktabaroh sebagai berikut. Di sadur dari grop WA sunniyah Salafiyah yang di pelopori oleh syeih Abd.Mujib dkk.
Imam Nawawi as-Syafi’i menjelaskan :
ﻗﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻭﻻ ﻳﺸﺘﺮﻁ ﺇﻗﺎﻣﺘﻬﺎ ﻓﻲ ﻣﺴﺠﺪ ﻭﻟﻜﻦ ﺗﺠﻮﺯ ﻓﻲ ﺳﺎﺣﺔ ﻣﻜﺸﻮﻓﺔ ﺑﺸﺮﻁ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ ﺩﺍﺧﻠﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺮﻳﺔ ﺃﻭ ﺍﻟﺒﻠﺪﺓ ﻣﻌﺪﻭﺩﺓ ﻣﻦ ﺧﻄﺘﻬﺎ
Ulama-ulama syafi’iyyah berkata: (shalat jum’at) tidak harus dilaksanakan dimasjid, tetapi boleh di pelataran, asalkan masih di tengah-tengah kampung atau suaru wilayah tertentu.(Yahya bin Syaraf an-Nawawi w. 676 H, al-Majmu’, h. 47).
Imam al-Khatib as-Syirbini menjelaskan perkataan Imam Nawawi :
( ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ) ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺮﻭﻁ ( ﺃﻥ ﺗﻘﺎﻡ ﻓﻲ ﺧﻄﺔ ﺃﺑﻨﻴﺔ ﺃﻭﻃﺎﻥ ﺍﻟﻤﺠﻤﻌﻴﻦ ) ﺑﺘﺸﺪﻳﺪ ﺍﻟﻤﻴﻢ : ﺃﻱ ﺍﻟﻤﺼﻠﻴﻦ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ، ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻓﻲ ﻣﺴﺠﺪ ﻷﻧﻬﺎ ﻟﻢ ﺗﻘﻢ ﻓﻲ ﻋﺼﺮ ﺍﻟﻨﺒﻲ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻭﺍﻟﺨﻠﻔﺎﺀ ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﻳﻦ ﺇﻻ ﻓﻲ ﻣﻮﺍﺿﻊ ﺍﻹﻗﺎﻣﺔ ﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﻌﻠﻮﻡ
Syarat kedua dari syaratnya shola jum'at adalah, diadakan di lokasi yang terbatasi bangunan penduduk yang wajib sholat jum'at. Meskipun sholat jum'atnya bukan di masjid.
(Al-Khatib as-Syirbini, Mughni al-Muhta, h. 1/543)
Al-Mardawi – ulama hambali – (w. 885 H) mengatakan,
ﻗﻮﻟﻪ : ( ﻭﻳﺠﻮﺯ ﺇﻗﺎﻣﺘﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻷﺑﻨﻴﺔ ﺍﻟﻤﺘﻔﺮﻗﺔ , ﺇﺫﺍ ﺷﻤﻠﻬﺎ ﺍﺳﻢ ﻭﺍﺣﺪ ، ﻭﻓﻴﻤﺎ ﻗﺎﺭﺏ ﺍﻟﺒﻨﻴﺎﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺮﺍﺀ ) ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﻣﻄﻠﻘﺎ . ﻭﻋﻠﻴﻪ ﺃﻛﺜﺮ ﺍﻷﺻﺤﺎﺏ . ﻭﻗﻄﻊ ﺑﻪ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻨﻬﻢ .
Boleh mengadakan jumatan di satu tempat yang terkepung beberapa bangunan, jika wiliyah jumatan itu masih satu tempat, boleh juga dilakukan di tanah lapang dekat bangunan pemukiman.” Inilah pendapat madzhab hambali, dan pendapat yang dipilih mayoritas ulama hambali.
Ibnu Qudamah menjelaskan,
ﻭﻻ ﻳﺸﺘﺮﻁ ﻟﺼﺤﺔ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﺇﻗﺎﻣﺘﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﻨﻴﺎﻥ ، ﻭ ﻳﺠﻮﺯ ﺇﻗﺎﻣﺘﻬﺎ ﻓﻴﻤﺎ ﻗﺎﺭﺑﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺮﺍﺀ ، ﻭ ﺑﻬﺬﺍ ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ
Bukan termasuk syarat sah jumatan harus dilakukan di antara bangunan. Boleh juga dilaksanakan di tanah lapang yang dekat dengan bangunan. Ini merupakan pendapat Abu Hanifah. (al-Mughni, 2/171)
Komentar
Posting Komentar