Kisah Ketegasan Sikap Kyai Mu'allim

Kisah Ketegasan Sikap Kyai Mu'allim

Kyai Muallim adalah Ulama kharismatik yang lahir dan  tinggal di dusun Air Mata Jungkarang Jrengik Sampang. Berdasar Manuskrip Kuno,tercatat bahwa silsilah  nasab beliau bersambung ke Sunan Cendana Kuanyar Bangkalan, Adapun silsilah lengkapnya sebagai berikut, Kyai Mu'allim bin Kyai Roteng bin Kyai Misbah bin Kyai Magug bin Kyai dempol seppo bin Kyai Air mata seppo. Kyai air mata seppo adalah anak Nyai Jherenge'(Somorkoneng Lembung Bangkalan) Nyai Jherenge' adalah putri Nyai Aminah, Nyai Aminah Adalah putri Sayyid Zainal Abidin atau Sunan Cendana Kwanyar Bangkalan 

Ayah Kyai Mu'allim yang dijuluki Kyai Roteng konon pernah nyantri di Prajjan Camplong Sampang. Guru beliau saat itu adalah seorang ulama yang sangat Masyhur yaitu Kyai Abdul Allam. Kiai Roteng sering dipercaya oleh Gurunya yakni Kyai Abdul Allam untuk mengajar menggantikan beliau di pesantrennya ketika Kyai Abdul Allam sedang ada kegiatan dakwah di luar pesantren atau memenuhi undangan masyarakat .

Sebelum Kyai Mu'allim belajar ke pesantren, beliau di didik langsung oleh ayahnya, hingga ketika menginjak usia remaja Kyai Mu'allim dititipkan di salah satu pondok tertua di pulau jawa, tepatnya di daerah Canga'an Bangil Pasuruan. Setelah melewati pengembaraan panjang dari satu pesantren ke pesantren lain dalam proses pencarian ilmu, akhirnya beliau boyong dari pesantren  kemudian menikah dengan seorang wanita sholihah bernama Nyai Atiyyah yang berasal dari Taman Kec. Jrengik Sampang. Hasil dari pernikahan beliau dengan Nyai Atiyyah Kyai Mu'allim dikaruniai 3 anak yaitu, Nyai Nafi'ah, Nyai Alfia' dan Kyai Faqih.

Setelah Istri Kyai Muallim yakni Nyai Atiyyah meninggal dunia di usia muda. Maka Kyai Mu'allim menikah lagi dengan seorang gadis asal kampung Dhebung  Kec.Banyuates Sampang. Gadis itu, adalah anak satu-satunya dari seorang kyai terkemuka dikampungnya. Dari pernikahan beliau dengan gadis tersebut, Kyai Mu'allim di karuniai dua  orang anak, yaitu  Lora Imam Sibawih dan yang satunya lagi meninggal saat masih kecil.

Kyai Mu'allim pernah berseteru dengan mertuanya. Masalahnya ketika sudah akad nikah dengan anak gadisnya. Si mertua ngotot anaknya tidak boleh dibawa, harus tetap tinggal dirumahnya, alasan si mertua karena ia adalah anak satu-satunya. Sementara Kyai Mu'allim harus pulang dan tinggal di kampung Air mata, mengingat beliau memiliki tanggung jawab besar sebagai pengasuh pondok pesantren.

Terjadilah silang pendapat  antara Kyai Mu'allim dengan mertuanya. Dengan sangat terpaksa Kyai Mu'allim pulang ke kampung Air Mata tanpa membawa istri yang baru saja di nikahi.  Pada suatu hari Kyai Mu'allim berencana mengambil paksa  istrinya dari si mertua,namun  rencana itu diketahui oleh sang  mertua, hingga membuat istri Kyai Mu'allim dijaga ketat oleh masyarakat sekitar atas perintah sang mertua, siang dan malam istri Kyai Mu'allim dalam pengawasan yang sangat ketat dari orang-orang kepercayaan sang mertua. 

Kyai Mu'allim dengan tegas dan tekad yang bulat, tetap harus bisa mengambil paksa istrinya walaupun  dijaga ketat oleh orang-orang kepercayaan mertuanya. Penjagaan semakin diperketat, masarakat bertambah banyak ikut meronda, karena mereka sudah tau rencana Kyai Mu'allim untuk mengambil  istrinya. 

Dengan kecerdikannya, Kyai Mu'allim menyuruh orang untuk mengambil paksa sang istri. Sedangkan Kyai Mu'allim menunggu di jalan yang dekat dengan rumah sang istri. Kyai Mu'allim menyiapkan kuda yang bagus yang larinya kencang untuk membawa istrinya.

Dengan izin Allah para penjaga istri Kyai Mu'allim lengah dalam menjaga, mereka ketiduran dan mereka tidak curiga bahwa yang mereka jaga akan di ambil diam-diam, hingga akhirnya mereka kecolongan, istri Kyai Mu'allim telah raib dibawa oleh seseorang yang di perintah  oleh Kyai Mu'allim. Orang Suruhan Kyai Mu'allim sukses mengambil paksa istri Kyai Mu'allim dan sang istri langsung menemui Kyai Mu'allim. Dengan segera Kyai Muallim menaikkan istrinya ke punggung kuda yang sudah disiapkan, dan langsung Kyai Mu'allim menggebrak kudanya dengan kencang sekali. Kyai Muallim lolos dari kejaran para penjaga yang ditugaskan oleh mertuanya. 

Si mertua sangat marah karena anak nya dibawa oleh suaminya, Si mertua berkata kepada orang-orangnya, "Cebbing jiah mun e kolle tak arapah pa deddih duweh yeh"  (anakku kalau sampai ketangkap tidak mengapa dibelah menjadi dua) 

Pengejaran dilakukan dari dua arah dari arah barat para pengejar lewat jalur Bangkalan. Sedangkan dari jalur tengah mereka mengejar lewat jalur tambelengan. Namun pengejaran tidak berhasil mereka lalukan. Kerena Kyai Muallim sudah sampai di kampung Air Mata.

Kyai Muallim menjalani rumah tangga dengan istri yang kedua, selama 15 tahun dan mempunyai dua anak laki-laki. Namun kedua anak itu meninggal di usia muda. Setelah Kyai Muallim meninggal beberapa bulan kemudian mertuanya menjemput istri Kyai Muallim, saat bertemu anaknya mertua Kyai Muallim gemetar tidak tahan menahan rasa rindu yang berkepanjangan. Ahirnya istri Kyai Muallim dibawa lagi ke kampung halamannya oleh orang tuanya.

Foto diambil dari Makbaroh Kyai Muallim Dusun Air Mata Jungkarang Jrengik Sampang 

Oleh: Hosiyanto Ilyas, Kamis  2 Juni 2022.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemasrahan Mempelai Putra Bahasa Madura

Teks Bintang Pelajar

Rahasia Waktu Kelahiran (Ilmu Falak)