RIWAYAT HIDUP KH. ISMAIL KOLLA JUNGKARANG
RIWAYAT HIDUP KH. ISMAIL KOLLA JUNGKARANG
KH. Ismail nama lengkapnya adalah Ismail bin Kyai Yasin bin Kyai Abdul karim. Ia dilahirkan di Kampung Kolla Desa Jungkarang Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang.
Di masa kecilnya KH. Ismail di didik langsung oleh orang tuanya, yaitu, Kyai Yasin bin Kyai Abdul Karim. Kyai Yasin bin Kyai Abdul Karim adalah generasi kedua dalam mengemban amanah meneruskan estafet mendidik keagamaan (guru ngaji) di Kampug Kolla.
Setelah memasuki usia remaja KH. Ismail mengembara mencari Ilmu. KH. Ismail oleh orang tuanya dititipkan disalah satu Pondok Pesantren tertua di kota Sampang, yaitu, Pondok Pesantren Nazhatut Thullab Prajjan Camplong Sampang.
Diantara guru-guru KH. Ismail ketika mondok di Nazhatut Thullab yaitu, KH. Muhammad Zaini, KH. Hamiduddin Syabrawi, KH. Nasir KH. Abdul Moqid, KH. Subaidi.
Di Pondok Pesantren Nazhatut Thullab KH. Ismail mondok selama empat tahun, masuk pada tahun (1965 -1969) Setelah boyong dari Pondok Pesantren Nazhatut Tullab, KH. Ismail menikah dengan sepupunya yaitu, Nyai Juma'ati putri dari KH. Asnawi Kolla.
Hasil dari pernikahan dengan Nyai Juma'ati KH. Ismail memiliki 9 putra dan putri. Adapun putra dan putrinya yaitu, Maisaroh, Fardiyah, Ali Murthada, Ahmad Safrawi, Masruroh, Abd. Halim, Musarrofah, Juwairiyah, dan Muthahharoh.
Setelah Kyai Yasin meninggal dunia pada tahun 1980 KH. Ismail ditunjuk sebagai penerus Kyai Yasin bin Kyai Abdul Karim dalam mengemban tugas sebagai guru ngaji di Kampung Kolla.
Pada tahun 1987 KH. Ismail bersama istrinya merantau ke kota Mekkah dan kembali ke indonesia pada tahun 1991. Setelah pulang dari perantauan KH. Ismail melanjutkan kembali aktivitasnya sebagai guru ngaji dan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah. Madrasah tersebut di beri nama Madrasah Al-Hamidiyah.
Puluhan tahun KH. Ismail menjadi guru ngaji dan pengurus masjid, dan juga menjadi khatib dan imam masjid. KH. Ismail terbiasa bangun malam untuk menunaikan sholat qiyamul laili atau sholat tahajjud, aktivitas itu ia lakukan secara istiqamah.
Selain berprofesi sebagai guru ngaji, KH. Ismail gemar bercocok tanam atau bertani untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Menjadi petani dijalani oleh KH. Ismail karena menjalani wasiat dari orang tuanya, yaitu, Kyai Yasin bin Kyai Abdul Karim.
Pada suatu hari Kyai Yasin bin Kyai Abdul Karim pernah berkata: "Wahai anakku kalau kamu jadi kyai di kampung ini, kamu harus bertani jangan terlalu mengharap uluran tangan orang lain" ( cong mun deddih kyai e kampung riah kakeh koduh atanih yeh jek ngarep rikberriknah oreng mloloh. red: Madura)
Komentar
Posting Komentar