Hati-Hati Menyebarkan Ilmu Hakikat
Dalam menyikapi menyebarnya, berbagai paham keagamaan kita harus mawas diri dan harus mempunyai filter pemahaman ilmu syariat yang kuat, agar kita tidak terjerumus pada pemahaman yang sesat. Banyak aliran mengatasnamakan agama, mendoktrin orang awam dengan pemahaman ilmu Hakikat atau Makrifat, sedangkan orang awam tersebut tidak menguasahi leteratur pemahaman syariat yang mendalam.
Penyebaran ilmu hakikat harus tepat sasaran, menimal orang yang menerima ilmu tersebut mempunyai pemahaman agama yang mempuni. Bagi orang yang sudah diagurahi ilmu hakikat (hikmah) tidak boleh menyebarkan sembarangan, karna bila ilmu tersebut disebar luaskan nur ilmu hakikat akan hilang, bagaikan lima lampu didalam rumah apabila lampu tersebut padam salah satunya, maka cahaya rumah itu akan berkurang demikian juga dengan ilmu hakikat.
Seorang tabiin dan juga ahli hikmah Ahnaf bin Qaisy mengungkapkan:
من تكلم بالعلم قبل أن يُسأل عنه ذهب ثلثا نوره
Barangsiapa yang berbicara tentang ilmu (hakikat) sebelum ia ditanyakan maka akan hilang dua pertiga nur ilmu tersebut.
Pernyataan Ahnaf bin Qaisy tersebut memberi pemahaman yang kongkrit, bahwa seseorang yang sudah sampai pada maqom ilmu makrifat, pengetauannya tidak boleh di obral di tempat umum, terkecuali bersifat interen atau sedang dipertanyakan. Para Ulama salafun shaleh kesehariannya selalu berpegang teguh pada syariat, tidak menonjolkan atau mengobral tentang ilmu hakikat, karena mereka khawatir orang awam tidak bisa mencerna pemahaman terhadap ilmu hakikat,
Syaikh Abdul Wahab As'Sya'roni dalam karyanya Bahjatun Nufus Wal Ahdaq Fii Ma Tamayyaza Bihil Qawmi Minal Adabi Wal Akhlaq (Juz 1 Hlm. 287) beliau mengisahkan:
قال وقد مضى السلف الصالح رحمه الله على العمل بظاهر الشريعة على وجه الإخلاص حتى تتجلى الحقائق لقلوبهم من غير سماع ذلك من أحد من اشياخهم, وقالوا : علم الحقيقة أحسن ما يعلم وأقبح ما يقال ويسمع.
Imam As-Sya'roni berkata: bahwa semenjak dahulu para Ulama' Salafus Sholeh, mengamalkan dhohir syariat secara ikhlas hingga hakikat itu nampak jelas (tajalli) di hati mereka, meskipun sebelumnya mereka tidak pernah mendengar dari guru-guru mereka. Para Ulama' berkata; "Ilmu hakikat itu adalah sebaik-baiknya pengetahuan, dan sejelek-jeleknya perkataan yang diucapkan atau didengar."
Beribadah yang sesuai tuntunan syariat, akan melahirkan ilmu hakikat, karna pada dasarnya ilmu hakikat diperoleh dengan jalan bertaqarrub dan bermujahadah kepada Allah, bukan diperoleh dengan ucapan atau mendengarkan dari orang lain.
Wallahu A'lam Bissawab
Komentar
Posting Komentar