Menikahi Keturunan Judzam
Pertanyaan
Bolehkah menikahi orang memiliki keturunan Judzam menurut perspektif Fiqh? Dan benarkan penyakit Judzam menular kepada keturunan?.
Jawaban
Aib Nikah yang salah satunya adalah Judzam atau yang lebih dikenal dengan penyakit kusta. Dan seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa Judzam (kusta) adalah penyakit yang membuat anggota badan berwarna merah, lalu menghitam, kemudian meleleh. Imam Syafi’i didalam Kitab Al-Um nya menegaskan bahwa penyakit Judzam dan Barash adalah dua jenis penyakit yang dapat menular pada anak yang akan dilahirkan dan sedikit sekali anak yang selamat dengan tidak terinfeksi apabila orang tuanya mengidap penyakit tersebut bahkan jika anak yang dilahirkan tidak terinfeksi, maka keturunan berikutnya yang akan terinfeksi.
Imam Syafi’i juga mengutip pernyataan para ilmuwan dibidang kedokteran yang menyatakan bahwa kedua penyakit tersebut tidak hanya dapat menular pada anak melainkan juga dapat menular pada orang lain dan kadua penyakit tersebut adalah penyakit yang dapat mencegah terhadap hubungan intim karena keengganan pasangan untuk berhubungan intim dengan orang (suami atau istri) yang diketahui mengidap penyakit tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Menghindarlah kalian dari orang-orang yang terinfeksi penyakit Judzam (kusta) sebagaimana kalian berlari menghindari seekor singa.” (HR. Al-Bukhari).
Namun perintah untuk menghindar dari orang yang terinfeksi penyakit Judzam (kusta) tersebut hanya bersifat himbauan demi menyelamatkan keturunan dan bukan sebuah larangan untuk berinteraksi, bergaul dan bahkan menikah dengan orang yang mengidap penyakit tersebut karena berdasar konsensus Ulama’ (ijma’) didalam sahnya penikahan tidak disyaratkan harus tidak terinfeksi penyakit-penyakit tersebut namun Imam Abdurrahman Al-Juzairi dan Ulama’-Ulama’ Fiqh yang lain mengingatkan bahwa penyakit Judzam dan Barash dapat menyebabkan diperbolehkannya bagi pasangan suami istri untuk memilih (khiyar) antara melanjutkan pernikahan atau menyudahinya dengan mengajukan fasakh (bagi istri) atau dengan menjatuhkan talak (bagi suami) jika salah satu dari pasangan suami istri tersebut tidak bisa menerima (ridla) dengan kondisi pasangannya, baik keberadaan penyakit tersebut diketahui sebelum atau sesudah akad, baik telah terjadi hubungan intim atau tidak. Wallahu a’lam bis shawab.
Referensi
الأم ـ للشافعي - ( ج ٥/ ص ٨٥ )المكتبة الشاملة
الجذام والبرص فيما يزعم أهل العلم بالطب والتجارب تعدى الزوج كثيرا وهو داء مانع للجماع لا تكاد نفس أحد أن تطيب بأن يجامع من هو به ولا نفس امرأة أن يجامعها من هو به فأما الولد فبين والله تعالى أعلم أنه إذا ولده أجذم أو أبرص أو جذماء أو برصاء قلما يسلم وإن سلم أدرك نسله
الإقناع للشربيني - ( ج ٢/ صث٤ ٢١ ) المكتبة الشاملة.
قال الشافعي في الأم وأما الجذام والبرص فإنه أي كلا منهما يعدي الزوج والولد وقال في موضع آخر الجذام والبرص مما يزعم أهل العلم بالطب والتجارب أنه يعدي كثيرا وهو مانع للجماع لا تكاد النفوس تطيب أن تجامع من هو به والولد قلما يسلم منه وإن سلم أدرك نسله فإن قيل كيف قال الشافعي إنه يعدي وقد صح في الحديث لا عدوى أنه أجيب بأن مراده أنه يعدى بفعل الله تعالى لا بنفسه والحديث ورد ردا لما يعتقده أهل الجاهلية من نسبة الفعل لغير الله تعالى ولو حدث بالزوج بعد العقد عيب كأن جب ذكره ولو بعد الدخول ولو بفعلها ثبت لها الخيار بخلاف حدوث العنة بعد الدخول كما مرت الإشارة إليه وإلى الفرق بين الجب والعنة ولو حدث بها عيب تخير الزوج قبل الدخول وبعده كما لو حدث به ولا خيار لولي بحادث
الفقه على المذاهب الأربعة - (ج 4 / ص 98)
فأما البرص والجذام والجنون فإنها تجعل لأحد الزوجين الحق في طلب الفسخ في الحال سواء كان الزوج صغيرا أو كبيرا وكذلك الزوجة ولا فرق في الفسخ بعيب من العيوب المذكورة جميعا بين أن تكون موجودة قبل العقد أو حدثت بعده كما لا فرق فيها بين أن يكون قبل الدخول أو بعده ولكن يشترط في ثبوت حق الفسخ بها كلها عدم الرضا فإن رضي أحدهما بالعيب صريحا بأن قال : رضيت أو ضمنا بان مكن من نفسه فلا خيار له
أسنى المطالب في شرح روض الطالب الجز 3. صفحة 176.
وَكَذَا بِالْبَرَصِ وَالْجُذَامِ غَيْرِ الْحَادِثَيْنِ لِأَنَّهُمْ يُعَيَّرُونَ بِكُلٍّ منها وَلِأَنَّ الْعَيْبَ قد يَتَعَدَّى إلَيْهَا وَإِلَى نَسْلِهَا وَكَلَامُهُمْ قد يَتَنَاوَلُ النَّسِيبَ وَغَيْرَهُ لَكِنْ في الْبَسِيطِ في الْكَلَامِ على تَزْوِيجِ الْأَمَةِ فَلَوْ تَزَوَّجَتْ من مَعِيبٍ ثُمَّ عَلِمَتْ بِهِ فَلَهَا الْخِيَارُ
Komentar
Posting Komentar