Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Keturunan Syarifah Yang Dinikahi Orang Biasa

Bila syarifah dinikahi oleh orang biasa, maka anak keturunanya tidak bisa bergelar syarif/habib. Berbeda dengan syarif/habib yang menikahi orang biasa maka keturunanya tetap bergelar syarif/ habib. Akan tetapi mereka semua tetap di namakan durriyah nabi Muhammad SAW, walaupun dari keturunan syarifah yang dinikahi orang biasa. Referensi حاشية البجيرمي ج : ٢ ص : ٢٦٣ وقد سئل بعض العلماء عن شخص أمه شريفة وأبوه غير شريف: هل هو شريف أم لا؟ وإذا قلتم: إنه ليس شريفا فهل له شرف على من ليست أمه شريفة؟ وهل يجوز له أن يقول أنا من آل النبي - صلى الله عليه وسلم - أو من ذريته؟ وما حكم لبس العمامة الخضراء للأشراف وغيرهم؟ فأجاب: هذا الشخص ليس شريفا؛ لأن الشريف في عرف أهل مصر الآن لقب لكل من ينسب للحسن أو الحسين، وأولاد بنات الإنسان لا ينسبون إليه لكن يعدون من ذريته، فله بهذا الاعتبار شرف من جهة أمه لأنه من ذريته - صلى الله عليه وسلم - ومن أقاربه

Hikayah Larangan Membenci Habaib

Diceritakan Al-Maqrizi Dahulu ada sebagian ulamak yang sangat tidak menyukai orang-orang mulya dari keturunan Rosululloh SAW dikarenakan terang-terangan telah melakukan tindakan-tindakan yang tidak diajarkan Rosululloh SAW,  Kemudian ia bermimpi bertemu dengan Rosululloh SAW dalam mimpi tersebut ia dimarahi oleh baginda Nabi, lantas diapun mencoba melontarkan alasan ketidak sukaannya itu, wahai Rasululloh sebenarnya aku tidak membencinya selain karena telah menyimpang dari ajaran Ahli Sunnah..!  Setelah itu Nabi menjawab dengan cara melontarkan pertanyaan fiqhiyah; apakah kedurhakaan seorang anak dapat memutus hubungan nasab ?! diapun menjawab tentu tidak wahai Rosul. Begitu pula anak ini yang lagi durhaka...!!!  فيض القدير شرح الجامع الصغير - المناوي - ج ١ - الصفحة ٢٨٣ (ﻭﺣﻜﻰ) اﻟﻤﻘﺮﻳﺰﻱ ﻋﻦ ﺑﻌﺾ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﻐﺾ ﻣﻦ ﺑﻌﺾ ﺃﺷﺮاﻑ اﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻟﺘﻈﺎﻫﺮﻫﻢ ﺑﺎﻟﺒﺪﻉ ﻓﺮﺃﻯ اﻟﻤﺼﻄﻔﻰ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲ اﻟﻨﻮﻡ ﻓﻌﺎﺗﺒﻪ ﻓﻘﺎﻝ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺣﺎﺵ ﻟﻠﻪ ﻣﺎ ﺃﻛﺮﻫﻬﻢ ﺇﻧﻤﺎ ﻛﺮﻫﺖ ﺗﻌﺼﺒﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺃﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ ﻓﻘﺎﻝ ﻣﺴﺄﻟﺔ...

Kewajiban Memulyakan Orang Ulama

Sebagai manusia yang berakhlak sudah semestinya kita menghormati orang yang berilmu meskipun dia belum pernah mengamalkam ilmunya, karena penghormatan ini kita lakukan semata-mata tertuju karena ilmu yang ada di dalam hatinya,. Dan andaipun dia sedang dalam kondisi tidak sesuai dengan perintah Allah maka demikian bukan penghalang untuk menghormati ilmunya, sebab kita hanya tidak diperbolehkan mengikuti aktivitasnya. Referensi:   العهود المحمدية للشعراني ج ١ ص ١٤٥ - ( أخذ علينا العهد العام من رسول الله صلى الله عليه و سلم ) أن نبجل العلماء والصالحين والأكابر ولو لم يعملوا بعلمهم ونقوم بواجب حقوقهم ونكل أمرهم إلى الله تعالى فمن أخل بواجب حقوقهم من الإكرام والتبجيل فقد خان الله ورسوله فإن العلماء نواب رسول الله صلى الله عليه و سلم وحملة شرعه وخدامه فمن استهان بهم تعدى ذلك إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم وذلك كفر وقد مال إلى ذلك من كفر من قال عن عمامة عالم هذه عميمة عالم بالتصغير. إهـ

Hukum Ngirim Fatihah

Sering kita dengar orang mengirim fatihan atau hadlroh yang ditujukan kepada orang yang masih hidup, baik masih kecil atau sudah dewasa dengan shighot:  إلى روح وجسد فلان بن فلان Pertanyaan : 1. Apakah ada dasar dan manfaatnya mengirim fatihah dengan shighot "khushushon ila jasadi Fulan bin Fulan"?  2. Bagaimana cara hadlroh yang ditujukan terhadap orang yang masih hidup?  3. Apa manfaat mengirim fatihah yang ditujukan terhadap orang yang masih hidup? Jawaban : 1. Untuk masalah mengirim fatihah kepada orang hidup, sebenarnya dijelaskan dalam salah satu riwayat hadis tentang ruqyah dengan fatihah untuk orang yang disengat serangga. Bahkan kirim fatihah kepada orang yang sudah meninggal diqiyaskan kepada masalah dalam hadis ini. Manfaatnya sama dengan manfaat kirim fatihah untuk orang yang sudah meninggal, sama-sama menambah catatan amal baik dalam catatan orang yang dikirmi. 2. Caranya sama dengan orang yang sudah meninggal, yang baik memakai sighot ila ruh fulan, meski me...